Salam..
Smoga di hari ini hati kita masih diliputi kebaikan ya? :)
Hmm..
Ini adalah salah satu cerita favorit yang saya terima dari grup facebook.
Read and Enjoy it.. :)
"Jembatan
Maaf"
Alkisah ada dua orang kakak-beradik yang hidup di
sebuah desa. Entah karena apa mereka jatuh ke dalam suatu pertengkaran serius.
Dan ini adalah pertama kalinya mereka bertengkar sedemikian hebat. Padahal
selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan, saling meminjamkan peralatan
pertanian dan bahu-membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan.
Namun kerja-sama yang akrab itu kini retak. Dimulai dari kesalah-pahaman yang
sepele saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan
akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka
saling berdiam diri tak bertegur-sapa.
Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di
depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. “Maaf
Tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan”, kata pria itu dengan ramah.
“Barangkali Tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan.”
“Oh ya!” jawab sang kakak. “Saya punya sebuah
pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu
adalah rumah tetanggaku,…… ah sebetulnya ia adalah adikku. Minggu lalu ia
mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang
rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Hmm, barangkali
ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di
situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku
sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin
melupakannya.”
Kata tukang kayu, “Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang
bisa membuat Tuan merasa senang.”
Kemudian sang
kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan menyiapkannya untuk
si tukang kayu. Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian.
Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku.
Di sore hari,
ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan
pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang
kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Namun,
yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang
pertaniannya dengan ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan
undak-undakan yang tertata rapi. Dari seberang sana, terlihat sang adik
bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
“Kakakku, kau sungguh baik hati
mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu.
Maafkan aku”, kata sang adik pada kakaknya.
Dua bersaudara
itupun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan
berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap
untuk pergi.
“Hai, jangan pergi dulu.
Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu,” pinta
sang kakak.
“Sesungguhnya saya ingin sekali
tinggal di sini”, kata tukang kayu, “tapi masih banyak jembatan-jembatan lain
yang harus saya selesaikan..” :)
THE END