Baca
sebelumnya "Saya dan Tsunami Saat Itu (Part 1)" di http://strawberryphysician.blogspot.com/2011/03/saya-dan-tsunami-saat-itu.html
“Saat itu, ku kira tak ada harapan.
Mengenangnya menitikkan air mata, ketakutan melanda.
Dingin, dan hanya bau muak yang kurasa.
Aku juga rindu pada ia yang melahirkanku,
Juga mereka yang datang setelahku,
Dan juga yang pergi mendahuluiku..
Tsunami 26 Desember adalah sebuah pelajaran nyata Sang Maha Besar untuk kita.
Menghadapinya adalah sebuah ujian, memaknainya adalah sebuah kelulusan.
Ya, aku memang bukan yang rangking 1.
Namun aku cukup tahu,
Tsunami adalah sebuah PESAN untukku.”
-Sebuah negri di Tengah April
Lalu tiba-tiba saya melihat ke luar mesjid, ada kerumunan orang
berjalan sambil mengusung sesuatu. Lebih jelas, saya perhatikan : ternyata yang
mereka usung adalah sebuah keranda.
Saya terkejut karna saat itu saya belum bisa membayangkan,
mengapa bisa sampai menelan korban. Yang saya pikirkan, air laut naik itu
seperti banjir, air pelan meskipun tinggi. Tidak terbayang oleh saya air laut
naiknya itu seperti ombak. Malah saya berpikir, “Wah..besok di sekolah bakal
rame nih ceritanya!” Mayat tersebut ternyata dibawa ke depan toilet mesjid yang
kebetulan saat itu kami sedang di depan toiletnya. Mayat tersebut ternyata anak
laki-laki, mungkin masih SD. Seluruh tubuhnya pucat kekuningan. Orang tuanya
menghampiri dan menangis terisak-isak. Saat itu saya pikir, betapa malang
nasibnya !
Setelah beberapa jam di mesjid, kami pun pulang karena air sudah
surut. Alhamdulillah rumah kami lumpurnya tidak sampai ke lutut. Alhamdulillah
juga papi sempat mengunci pintu, kalau tidak mungkin lebih banyak lagi air yang
masuk. Ketika sedang membersihkan lumpur tsunami, papi bilang bahwa untuk
beberapa malam ini kami akan tidur di rumah ketua RT yang jaraknya hanya
beberapa rumah dari rumah kami. Kebetulan rumah pak RT itu baru siap kenduri.
Jadi masih banyak kursi, periuk dan alat-alat masak yang bisa kami gunakan.
Kami tinggal di rumah pak RT selama beberapa hari. Selama
beberapa hari itu, Alhamdulillah kami bisa makan 3 kali sehari meskipun menunya
seragam setiap waktu : nasi & indomie. Belakangan saya baru tahu bahwa pada
saat kami (orang perempuan) makan di dalam , yang laki-laki di luar tidak
makan. Mungkin mereka cuma makan 1 atau 2 kali sehari. Minum harus berhemat.
Tidur pun tidak nyenyak karena beberapa menit sekali gempa. Saya masih ingat
waktu itu karena sebentar-sebentar gempa, kami akhirnya tidur di luar, duduk
meringkuk di atas kursi plastik. Dingin, dingin sekali malam-malam itu, dan
tidak ada selimut.
Tapi bukan bagian itu yang membuat saya sedih. Saya rindu. Rindu
mami dan kedua adik saya di Lhokseumawe. Membayangkan mereka yang entah
bagaimana nasibnya, yang mungkin juga sama takutnya seperti kami. Komunikasi
putus sama sekali. Kabar-kabar yang beredar mengatakan daerah seluruh Aceh
telah hancur dan porak-poranda. Saat itu saya berfikir mungkin bertemu lagi
dengan mereka adalah suatu keajaiban. =’(
Beberapa hari “numpang” di rumah Pak RT, tiba-tiba kami mendapat
kabar bahwa salah satu teman mami (termasuk saudara jauh saya juga) di Banda
akan membantu kami pulang ke Lhokseumawe, tapi untuk beberapa hari kami harus
menginap dulu di rumah saudaranya di Blang Bintang. Jika situasi sudah
memungkinkan, baru kami bisa pulang ke Lhokseumawe. Mereka juga mengatakan
kalau kita pergi ke daerah yang agak tinggi di Blang Bintang, sinyal hp bisa
ditemukan. Memikirkan itu membuat saya sedikit tersenyum.
Maka berangkat lah kami ke rumah yang dimaksud. Rumah itu
terletak di Blang Bintang. Karena Blang Bintang itu dataran tinggi, daerah itu
aman-aman saja rumahnya, tidak ada air yang datang, mayat atau tanda-tanda
bekas tsunami lainnya.
Beberapa hari menginap di sana, saya dan kakak2 saya sudah mulai
bisa sedikit rileks. Gempa setiap hari memang masih ada, tapi sudah tidak
sesering yang kemarin- kemarin. Tidur lebih nyenyak, makan lebih nikmat, ibadah
pun lebih tenang.
Pagi itu saya dan kakak saya sedang ngobrol dengan sepupu.
Tiba-tiba papi saya datang bergegas menghampiri kami. Wajah papi begitu
bersemangat. Papi bilang, “Nak, tadi papi cari sinyal di tempat yang lebih
tinggi, Alhamdulillah dapat ! Tadi papi udah telepon mami, Alhamdulillah
semuanya selamat, rumah di Asean juga ga papa. Dalam waktu dekat, insya
Allah mami nyusul kita kemari.” Mendengar kabar itu hati saya seakan ingin
melompat dari tempatnya! Saya begitu bersyukur dan lega ! :D
Beberapa hari kemudian. Sebuah mobil L300 tiba di halaman depan
rumah sepupu saya yang berbatu-batu. Saya begitu menggebu-gebu, rasanya waktu
mami untuk turun dari L300 begitu lama, seperti adegan slow motion. Lalu
setelah sekian detik yang terasa panjang, setelah mata yang tak putus-putusnya
memandang, saya melihat juga sosok itu. Seperti ditiup peluit, serentak kami
bertiga berlari hendak memeluk mami. Kami peluk mami erat-erat, seperti tidak
mau kami lepaskan lagi. Air mata kami mengalir, mengalir dan terus mengalir,
seakan sudah begitu lama dipendam dan ingin dikeluarkan. Wajah mami sangat
merah, kelihatan sekali rautnya yang khawatir dan kelelahan.
Setiap teringat kejadian itu, tidak pernah saya tidak
menangis. Karna kejadian itu pula saya jadi lebih mengerti, keluarga itu
begitu berharga, sangat. Maka sebelum kita benar-benar kehilangan,cintailah.
“Saat itu, ku kira tak ada harapan.
Mengenangnya menitikkan air mata, ketakutan melanda.
Dingin, dan hanya bau muak yang kurasa.
Aku juga rindu pada ia yang melahirkanku,
Juga mereka yang datang setelahku,
Dan juga yang pergi mendahuluiku..
Tsunami 26 Desember adalah sebuah pelajaran nyata Sang Maha Besar untuk kita.
Menghadapinya adalah sebuah ujian, memaknainya adalah sebuah kelulusan.
Ya, aku memang bukan yang rangking 1.
Namun aku cukup tahu,
Tsunami adalah sebuah PESAN untukku.”
-Sebuah negri di Tengah April
4 comments :
klu di kenang ada lucu nya pas bencana terjadi ,,,Alhamdulillah AllAH masih memberi kita umur panjang,sehat badan & sehat akal pikiran ,,,
alhamdulillah.. :)
sayangi keluarga selagi bisaa yaa paa..karena kita tak pernah tahu kapan kita berpisah dgn mereka..
Betul su, selagi ada harus sayang dunq.. ;)
Post a Comment